Bagaimana dengan judulnya
blogpostnya, Bund?
Apakah saya sudah seperti
super mom yang layak jadi panutan? Ibu-ibu
multitasking yang selalu tampil sempurna? lol. Postingan ini adalah bentuk anggukan kepala dari tulisan mbak
Mbak Icha mengenai
survive tanpa ART/
Nanny. Saya 100% setuju dengan Mbak Icha, karena artikel-artikel beliaupun saya jadi makin mantap untuk hidup tanpa ART/
Nanny. Aku bocahmu, Mbak.
Tulisan ini dibuat setelah saya merasakan hidup bersama bayi tapi tanpa mbak selama 8 bulan. Saya cukup lama untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan seperti ini. Awal-awal tentunya saya sangat kaget, sakit kepala setiap hari, stres banget rasanya. Tapi pelan-pelan saya belajar berdamai dan menerima keadaan dengan
legowo.
Oleh karena itu saya jadi tergerak mau kasih tips 'tetap waras walau tanpa ART/
Nanny untuk ibu bekerja' menurut saya (baca: Tyas/ 26f/
ibu bekerja, hidup dengan suami dan 1 bayi usia 12 bulan, tanpa ART,
tanpa
nanny). Sekali lagi, kondisi di tiap-tiap keluarga berbeda ya.
Lower your Expectation of Everything!
Poin terpenting agar tetap bertahan hidup tanpa mbak adalah murunkan
standard mengenai apapun! Tentang kerapian rumah, makanan enak, baju
rapi, dsb.
Terang saja karena semuanya-semuanya dikerjakan sendiri pantaslah kalau rumah
sangat berantakan, atau masakan kurang enak karena masak juga sambil buru-buru. Saya dan suami, makin kesini makin baik-baik saja melihat kotak
makeup isinya berceceran, atau baju yang sudah masuk lemari berhamburan
karena ditarik anak bayi. Kami juga memaklumi kalau lantai tidak kinclong setiap saat. Karena apa, ya karena kami sudah tidak ada waktu untuk beres-beres,
kalau ada waktu senggang yang bukan
weekend kami memilih untuk istirahat
atau main sama anak
Suami saya keluar rumah pukul
05.15 dan tibu di rumah lagi minimal pukul
19.30.
Sedangkan saya harus memasak dan mengurus keperluan anak. Anak
kami bukan tipe anak yang bisa bermain sendiri sedangkan ibunya di dapur.
Dia sangat
insecure, saya harus ada di sampingnya terus, nempel, bahkan
sampai usia 12 bulanpun, saya tidak bisa pipis dengan tenang kalau di rumah
hanya berdua dia.
Jadi yasudahlah kami bs menerima kalau lagi nonton TV tiba-tiba pantat ndudukin mainan atau mendapati sarung bantal sofa ada ceceran
makanan.
Intinya, terima saja lantai rumah licin karena minyak.
Pilih Daycare Terbaik.
Nggak ada mbak, jauh dari saudara, terus kalau kita kerja anaknya ditaruh mana? Jawabannya ya, dititipkan di
daycare.
Kok tega sih nitip anak di
daycare?
Emang nggak takut?
Kasihan anaknya dan bla bla bla. Pembahasan mengenai
daycare mungkin
bisa saya tuliskan di postingan tersendiri, karena akan panjang dan
penuh deramah.
Jadi begini ya buibuk.
Daycare memang tempat penitipan anak, tapi bukan
berarti anaknya dibiarin gitu saja kayak lagi menggembala domba. Di
daycare banyak teman jadi anak nggak mungkin duduk bengong, mereka melakukan kegiatan bersama, bermain, ngobrol, makan teratur. Setiap hari orang tua menerima buku laporan berisi kegiatan apa saja yang dilakukan anak hari ini, tidur jam berapa, makan apa. Laporan perkembangan anak juga kami terima setiap 3 bulan serta pemeriksaan gigi dilakukan setiap 6 bulan.
Jadi saya rasa nggak perlu ada yang ditakuti untuk menitipkan anak di
daycare dan kenapa juga harus nggak tega kalau di sana anaknya pasti
terurus dengan baik yakan
Makanya tugas orang tua ya mencari
daycare yang baik menurut
orang tua (ya walaupun didunia ini sebenernya tidak ada sesuatu yang
ideal
Cari yang yayasannya jelas, program hariannya jelas, tempatnya bersih, cahaya dan fentilasinya bagus, nggak sempit jadi anak bisa bermain
leluasa, kuota anak, dsb.
Buat saya
daycare ini sangat membantu karena pekerjaan mengurus anak
dibantu sama ibu di
daycare. Kalau Nab kesiangan, bisa mandi di
sekolah, sore jg pulang dalam keadaan wangi, makan siang sudah
disediakan, jadi saya hanya masak untuk sarapan dan makan malam saja, mainan
di sekolah banyak, temannya banyak, belajar interaksi. Hahaha.
Berbagi Tugas dengan Suami
Kegiatan bahu membahu ini sangat penting, kami di
rumah memiliki tupoksi masing-masing. Urusan dapur dan anak mulai dari sandang
dan pangan saya yang urus. Sedangkan suami saya bertugas mengurus
kebersihan rumah dan cucian. Mulai dari mengurus baju kotor, mencuci,
dan menjemur. Walaupun untuk baju besar, kami percayakan kepada
laundry
hahahaha ya gimana, kalau nyuci baju dewasa terus nyetrika juga kapan
kami istirahat dan main sama Nab ahaha ahlasan. Kami hanya mencuci
pakaian dalam, baju anak, sama baju-baju tertentu saja.
Saya beruntung
sekali karena suami saya bukan penganut faham suami harus dilayani dan
kerjaannya hanya leyeh-leyeh.
I love you!
Melakukan Food Preparation
Kalian paham kan maksud saya? haha saya bingung memilih diksi yang tepat apa. Maksudnya saya menyiapkan bahan makanan untuk seminggu sekalian. Jadi setiap hari saya tinggal olah saja.
Saya masih menyempatkan masak di rumah, khususnya untuk makan Nab, bekal suami dan saya. Kadang juga kalau capek kami pesan lewat
gofood
atau makan di luar. Kalau
weekend kami lebih sering makan di luar sih,
sekalian untuk
refreshing, weekend memang kami fokuskan untuk
familytime.
Suami saya harus sudah berangkat kantor pukul 05.15 maka pukul 05.00
saya harus sudah selesai urusan masak memasak. Kalau mendadak meracik
makanan, saya harus bangun jam berapaaaaa?. Haha makanya saya harus atur
strategi.
Untuk sarapan saya lebih milih menu yang gampang-gampang saja.Saya buat ayam
ungkep atau ikan ungkep lalu saya simpan di freezer, jadi kalau mau pakai
tinggal goreng aja. Untuk makanan Nab, dia ikut menu kami, dia tidak makan makanan khusus bayi. Sedangkan untuk lainnya saya siapkan malam-malam sebelum
tidur. Jadi pagi sudah tinggal masak.
Jangan Lupa Piknik dan Selalu Bersyukur
Ini dia! agar tetap waras dan bahagia jangan lupa bersenang-senang. Sabtu
dan Minggu kami selalu mengusahakan untuk main di luar rumah, tidak
perlu jauh-jauh, hanya sekedar lari pagi atau bermain di taman, biar Nab
juga
refreshing, kehidupannya nggak hanya rumah
daycare rumah
daycare
saja.
Weekend benar-benar kami manfaatkan untuk
kruntel-kruntel bersama setelah
seminggu kami sibuk dengan kehidupan masing-masing (iya, Nab juga sibuk, lol).
Yang harus diingat, setiap keluarga punya sedihnya masing masing, punya senangnya masing-masing,
punya rezeki masing-masing. Kami selalu menanamkan dalam hati untuk tidak lupa
bersyukur, tidak boleh iri dengan orang lain. Menikmati dan menjalankan peran saat ini dengan sebaik baiknya.
Ohiya satu lagi yang tidak kalah penting yaitu dukungan dari orang sekitar. Suami dan anak yang bisa diajak kerja sama, orang tua, saudara, bahkan teman di grup wasap juga memberikan efek luar biasa agar kita tetap semangat. Dengan bercerita kepada mereka walau lewat
whatsapp tapi benar-benar bisa jadi
moodbooster.
Mungkin itu saja tips yang bisa saya sampaikan sebagai ibu newbie bau kencur. Nggak usah baper, kalau tidak setuju dengan pandangan saya
juga tidak apa-apa, kalau ada saran dan tambahan saya senang hati
menerimanya
Semua bisa karena terbiasa.
Ibu kuat, anak sehat, suami senang, Indonesia Hebat!
Salam sawi.